yang antum cari di sini

Jumat, 08 Januari 2010

Ketika Ikhwah Jatuh Cinta

Suatu ketika, dalam majelis koordinasi seorang akhwat berkata pada mas'ul dakwahnya, "Akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi dengan akh fulan." Suara akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan perasaannya. "Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana merasa risi dan... afwan, terus terang juga tersinggung." Sesaat kemudian suara dibalik hijab itu mengatakan, "Ia jatuh cinta pada ana."

Mas'ul tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. "Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan." Sang mas'ul mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri.

"Afwan, ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini." Sang akhwat kini mulai tersedak terbata.

"Ya sudah, Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah oleh permasalahan seperti ini," mas'ul itu membuat keputusan, "ana akan ajak bicara langsung akh fulan"

Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya mas'ul tersebut mendatangi fulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, "Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?"

Sang mas'ul berusaha menanggapinya searif mungkin. "Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan? Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah?" mas'ul tersebut membuat penekanan substansial. "Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan."

Cinta Aktivis Dakwah

Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki? Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.

Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana.

Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta 'lain' muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yang jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini, "Akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yang cakap, lebih banyak kata saya... daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yg berdiri sendiri.."

Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta? Jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.

Deklarasi Cinta

Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.

Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik 'asing' dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan misteri. Pertanyaan sederhana, "Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?" dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.

Pernyataan "Nikah dulu baru pacaran" masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, "Bagaimana caranya, emang bisa?" Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.

Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.

Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.

Epilog

Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yang berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.

Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddh, warahmah.

Jadi "sudah berani jatuh cinta"?

wallahu a'lam

diambil dari majalah al izzah edisi 11/th4/jan 2005 M

Dia ada

Rasanya tidak perlu lagi diragukan, betapa Allah Maha Pendengar Doa. Tapi seringkah kita mendengar, betapa banyak orang yang tak lagi percaya akan keberadaan-Nya, disebabkan oleh beberapa pinta mereka yang belum lagi dikabulkan? Orang-orang yang begitu berani menyatakan bahwa mereka tak lagi percaya adanya Rabb Sang Pemilik segala, rasanya kian banyak bermunculan. Bahkan ketidakpercayaan mereka itu dibuktikan dengan menghadirkan sejumlah 'guru spiritual' atau 'orang pintar' yang lantas mereka ikuti segala perkataan dan perintahnya. Bermacam alasan dikemukakan. Bahwa mereka hanya mencari ketenangan, dan menempuh jalan tersebut sebagai alternatif untuk mempercepat doa dikabulkan. Toh hal itu dilakukan hanya sebagai ikhtiar, begitu mungkin alasannya.

Malam itu, ketika Ayah sedang mengalami pendarahan berat pada rongga hidung sebelah kiri, saya tak bisa memejamkan mata sekejap pun. Tak terhitung lagi berapa kali saya bolak-balik menahan pendarahan itu dengan tissue, mengompresnya dengan es batu, segala cara yang bisa dilakukan agar darah tak keluar terus-menerus. Tapi selalu saja gagal. Dalam keremangan ruang kamar rumah sakit, saya menyaksikan sendiri darah itu mengucur deras. Ayah pun terlihat agak panik dan kian resah. Setelah hampir dua belas jam tidak bisa tidur akibat pendarahan yang tidak berhenti.

"Pa, shalat aja, biar tenang," saya mengingatkan, sebab baru teringat bahwa beliau belum menunaikan shalat isya. Lantas saya segera membantunya bersuci dengan tayammum. Dan setelahnya saya duduk rapi tepat di samping tempat tidur. Berjaga-jaga, kalau-kalau sewaktu shalat darah mengucur lagi.

Tak sampai dua menit saya memandangi Ayah, tiba-tiba saya mengucek mata tak percaya. Kedua pundak Ayah berguncang, matanya memejam, dan saya makin terbelalak. Ayah menangis. Bibirnya bergetar sambil terus melafazkan bacaan shalat. Saya tergugu, lantas air mata ini mengalir pula. Pertama kalinya saya melihat Ayah menangis seperti itu. Dalam hati saya mencoba menerjemahkan tangisan Ayah sebagai kelelahannya sekaligus rasa takut yang pasti menyelinap. Seorang yang bisa menangis dalam shalatnya sampai seperti itu, pastinya berada dalam kondisi kepasrahan yang begitu dalam. Diam-diam saya merasa begitu bersyukur.

Allah Maha Pemberi Rezeki. Dan diturunkan-Nya rezeki itu kepada siapa saja yang Ia kehendaki, dari mana saja, dan entah berapa jumlahnya. Mungkin isi dari sebagian besar doa yang dipanjatkan oleh manusia adalah 'semoga mendapat kemurahan rezeki'. Bisa diartikan macam-macam pula. Menjadi kaya, memiliki harta benda yang banyak, sukses di dunia, mendapat kemudahan untuk menghadapi himpitan kebutuhan sehari-hari, dan sebagainya. Perbedaan seorang yang memiliki keyakinan teguh akan pertolongan-Nya, dengan seorang yang begitu mudah kecewa tatkala keinginannya tak segera terpenuhi, adalah begitu nyata.

Seorang yang pertama, akan tak putus memanjatkan doa serta berusaha untuk mendapatkan rezeki tersebut. Bila kesempatan pertama gagal, ia akan mencoba lagi. Gagal lagi, tak lantas berputus asa. Berusaha terus, sambil memasrahkan diri akan segala ketentuan-Nya. Toh setiap manusia sudah ditentukan kadar rezeki bagi dirinya di dunia, jadi tak mungkin kehabisan. Tinggal waktu, jumlah, dan dari tangan siapa rezeki itu akan sampai, itu yang tak bisa diperkirakan. Bisa jadi, apa yang kita inginkan lebih untuk kehidupan dunia ini, bukanlah yang terbaik di mata Allah.

Namun, bagi seorang yang kedua, menunggu rezeki datang bak sedang mengantri di antrian restoran fast food. Yang layanannya paling cepat, itu yang paling memuaskan. Apalagi bila ditambah dengan bonus ini itu, entah itu tambahan makanan penutup, atau mainan anak-anak. Yang jelas, manusia tak pernah puas. Bila doa itu tak segera di-ijabah, maka umpatan kecil sampai makian akan terucap dengan mudah. Ujung-ujungnya, bisa-bisa menyalahkan takdir atas apa yang dialami.

Terlibat langsung mengurus Ayah ketika diopname sampai akhirnya harus ada tindakan operasi, adalah pengalaman sekaligus teguran bagi diri saya. Pagi hari setelah krisis semalaman, pendarahan di hidung Ayah berkurang drastis. Keesokannya, ada kabar bahwa harus ada tindakan operasi sebab penyempitan di pembuluh darah di jantung. Uang dari mana? Kami semua pasrah saja. Dan datanglah kabar dari seorang kawan lama Ayah yang kebetulan menjadi pimpinan di sebuah perusahaan di mana Ayah akan kembali bekerja di sana. Semua biaya rumah sakit sampai biaya operasi yang menghabiskan uang ratusan juta diganti sepenuhnya oleh beliau. Surat jaminan dari perusahaan tersebut pun memudahkan kami mengurus ini itu di rumah sakit. Walau kesulitan pasti ada, tapi tak habis saya dan keluarga besar merasa takjub atas rezeki yang datang tak disangka-sangka ini. Bertahun-tahun tak bertemu, tapi rela mengeluarkan uang tak sedikit untuk Ayah. Sempat saya menerka-nerka, seberapa eratkah pertemanan mereka hingga bantuan ini sampai di luar perkiraan? Ataukah ada hutang budi yang telah lama terpendam? Tetapi saya segera menghentikan berbagai prasangka yang tidak pada tempatnya itu. Astaghfirullahal'azhiim.

Bagaimanapun kemurahan hati kawan lama Ayah tersebut, dan berbagai prasangka yang kami pikirkan atau ciptakan sendiri, tak akan menjawab apa-apa. Sebab Dialah yang sepatutnya menjadi tempat bersyukur. Allah memang Maha Pemurah. Saat itu, saya tambah meyakini betapa kita semua tak bisa mengukur sebanyak apa rezeki dan kenikmatan yang telah Allah siapkan untuk kita. Ia sungguh Maha Mengabulkan Doa. Walaupun untaian doa itu terselip tak terucapkan di dalam hati yang paling dalam, atau hanya terlintas sejenak di pikiran kalut saat menghadapi cobaan berat. Allah Maha Mengetahui segala yang tersimpan di benak maupun yang keluar terlihat jelas lewat perkataan dan perbuatan kita.

Sekali lagi, saya sungguh bersyukur sedalam-dalamnya, bertambah keyakinan saya bahwa Ia ada.

Aku ingin sepertimu 2

sebut saja namanya udin, dia temanku. bagiku, tidak ada yang istimewa dari dirinya kecuali....semangat hidupnya...kemauan dan kerja kerasnya...dan...semangat belajarnya yang tinggi.

aku kenal udin sejak aku masih sekolah dasar. ketika aku masuk SMP, udin harus puas hanya menikmati ijazah SD saja (ijazah-nya pun ada atau tidak). orangtuanya bercerai dan ayahnya menikah lagi, udin kecil tidak cocok tinggal dengan ibu tirinya, sehingga dia tinggal layaknya burung gereja, menclok sana menclok sini, dirumah uwak, tempat nenek, rumah teman, musholla, atau dimanapun yang penting tidak kehujanan dan alhamdulillah kalo dapat makan.

dari kecil udin sudah bekerja, dari jual koran, asongan, tukang cuci piring, koki di kafe tenda, atau apapun yang bisa dikerjakan dan dapat secuil upah. aku dan teman2 ta'lim pernah mencicipi masakannya. waktu itu dia membuat spaghetti saus ayam...ehhhhm lumayan uenak, meskipun saat itu kami buat terlalu banyak. bayangkan....satu tampah, sedang kami saat itu cuma ber-tujuh, akhirnya sisanya kami limpahkan ke teman2 lain yang ada di musholla.

saat itu, kalo tidak salah aku sudah SMP, udin kecil diajak temanku untuk ikut ke kampungnya di sulawesi selatan, tepatnya di Maccopa. disana dia diajak mondok (yang tentu saja gratis, karena temanku sudah duluan mondok disana dan orangtuanya bersedia bertanggungjawab terhadap udin). akhirnya udin kecil pergi mondok disana, sambil bekerja membantu mengurus kebun milik temanku itu. disana udin bekerja memetik cengkeh. udin cerita, untuk memetik cengkeh harus pake tangga yang puluhan meter tingginya, dan pohon2 cengkeh itu umumnya berada diatas2 bukit/tebing. bayangkan, kalo jatuh sudah gak bisa dicari mayatnya, ujarnya saat bercerita.

dari pengalamannya mondok disana, udin kecil lumayan mapan pemahaman agamanya, selain tentu saja hapalan alqur'an-nya. setelah cukup lama dipondok, dia minta ijin pulang ke jakarta dulu karena kangen sama orangtua dan berjanji akan balik lagi jika sudah ada ongkosnya.

sekembalinya udin dari maccopa, setelah puas melepas rindu bersama keluarga, udin kecil mengisi hari-harinya mengajar anak2 kampung kami belajar mengaji. ups...bukan hanya mengaji namun belajar agama (dari aqidah, shiroh, fikih, dll). udin tidak membiarkan anak2 itu main tidak ada juntrungannya, bahkan menurutku saat itu udin lumayan tegas dan keras pada murid2nya. saat itu musholla kami semarak,terutama habis maghrib, anak2 (terutama banyak dari kalangan tidak mampu) mengisi aktifitasnya dari magrib hingga isya, bahkan hingga jam 9 malam jika besoknya libur.

aktifitas ini tidak dipungut biaya sedikitpun oleh udin. dia berprinsip, sudah ada yang mau ngaji saja sudah bagus. namun demikian, anak2 seringkali membawakan makanan buat 'ustadz-nya' (barangkali itu wujud rasa sayang mereka). bagaimana dengan aku saat itu..? saat itu aku cuma membantu mengajarkan iqro jilid satu buat anak2 yang under seven year. lucu juga yaa..mengajar anak2 itu, ketika aku tuntun membaca (satu persatu dan duduk berhadapan denganku) lalu aku suruh perhatikan bukunya, mereka malah memperhatikan wajahku dengan tatapan polosnya. aku suruh lagi lihat bukunya, mereka malah terus mendongakan wajahnya ke wajahku, dan tentu saja membuatku jadi tidak bisa menahan tawa (i miss that episode).

belum genap setahun aktifitas ini berlangsung, udin berniat balik lagi ke maccopa, karena dari sana dia ditawarkan untuk bekerja di malaysia timur sebagai guru ngaji. jadilah udin berangkat ke malaysia. disana dia mengajar ngaji privat pada sebuah keluarga. namun karena udin tidak punya paspor maupun visa, akhirnya udin tidak diperbolehkan mengajar, meskipun keluarga tsb sebenarnya tidak keberatan dan merasa senang dengan udin. atas bantuan dari keluarga tsb, akhirnya udin bekerja di perkebunan kelapa sawit. disana udin berkenalan dengan seorang gadis dayak, dan sudah berniat melamarnya.

namun takdir memaksa udin mengurungkan niatnya, karena pada hari dimana dia akan menghadap orangtua si gadis, pemerintah malaysia melakukan sweeping besar2an kepada penduduk illegal,terutama dari Indonesia. eksodus besar2an terjadi, dan udin ada diantara mereka. seluruh uang jerih payahnya selama bekerja di malaysia di sita. nikah gak jadi, uang di sita, dipulangkan ke Indonesia, begitulah udin.

sekembalinya udin ke kampungku, kembali dia mengajar anak2 muridnya yang dulu. dari perbincangan kami, saat itu udin merasa harus punya pekerjaan tetap buat masa depannya, katanya. aku membicarakan apakah dia mau buat warung kopi atau warung makan atau apalah warung2 yang lain. aku katakan padanya, aku ada rumah di cibitung, kosong belum ditempati, namun aku belum punya uang buat modalin bikin usaha, kataku saat itu. udin bilang dia bersedia menunggu, sambil usaha cari pinjaman buat modal.

namun takdir berkata lain. berdasarkan informasi dari seorang ikhwan ta'lim yg sama2 kami ikuti, seorang ustadz memberitahukan bahwa ada sebuah sekolah internasional bernafaskan islam, membutuhkan seorang guru tahfidz untuk anak2 SD. pengelola sekolah yg kebetulan kenal dengan ustadz ini minta dicarikan satu ikhwan untuk mengisi posisi tersebut.

singkat cerita, si udin akhirnya diterima bekerja di sekolah internasional tsb (tentunya dengan masa percobaan). pada pengelola sekolah udin berterus terang, bahwa secara formal, dia hanya tamatan SD, dia juga cerita bahwa dia pernah mondok, dan bekerja sebagai guru ngaji di malaysia. barangkali dengan pertimbangan tersebut akhirnya udin diterima, tentu saja selain karena kemampuannya dibidang yang sedang dibutuhkan sekolah itu.

lantunan reff lagu padi terdengar...........ponselku berbunyi...nomor baru, pikirku.....haloo... hai..assalamu'alaikum...tanno..ini ana, udin. ternyata si udin yg telepon (sudah punya HP dia), dia memberikan dua kabar, yang satu kabar baik, satunya lagi kabar buruk.aku tanya padanya, kabar baiknya apa? dia bilang,dia sudah diangkat jadi karyawan tetap di sekolah tsb (alhamdulillah, kataku saat itu). lantas kabar buruknya apa din, kataku. Insya Allah bulan depan ana nikah (hahhhhhh....aku kaget mendengarnya), tentu saja dia bercanda bilang ini kabar buruk.

dia bilang dia belum punya cukup uang untuk nikah (minta ditunda beberapa bulan), namun pihak perempuan bilang tidak apa2. akhirnya dari pinjaman sana-sini udin menikah juga di bogor 12 sept 2004, sehari setelah aku menikah. niatnya aku mau hadir bersama istriku, namun selain karena fisikku masih lelah (bukan ape2, meladeni tamu hingga larut malam) juga karena tidak di ijinkan oleh mertuaku (pamali katanya), akhirnya aku cuma bisa kirim SMS. subuhnya dia sms aku, "hai...sudah bisa tembus belum..?" (emangnya togel...pikirku).

kurang dari dua minggu yang lalu, udin menawarkan kambing aqiqah murah buat anakku yang baru lahir (kambing dari karawang katanya), kami sepakat bertemu di ta'lim untuk kemudian ke kontrakannya di daerah rawalumbu. usai talim aku kaget juga ketika dia ternyata membawa supra fit (miliknya sendiri), sedikit demi sedikit ngumpulin katanya. dikontrakannya kulihat sudah ada TV 20", Tape yg bisa CD, VCD, MP3, dispenser yg bisa panas dan dingin, dan sederetan perpustakan kecil.

begitulah temanku udin, jika aku lihat hidupnya, dipenuhi keajaiban. sungguh benar kata ALLAH bahwa dia akan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka, tentu saja buat hambanya yang bertaqwa.

secara formal, udin hanya lulusan SD, namun anak tunggal BIGBOSS tempatku bekerja saja menjadi muridnya di sekolah internasional tersebut (small world).

aku akan selalu menjadi temanmu......

salam penuh cinta

Tanno K Helaw

http://lelakibiasa.multiply.com

Aku ingin sepertimu

Di tempat ku tinggal aku mempunyai sahabat yang bernama Rahmad, ia sangat supel dan rahun dalam membantu tetangga di kampung kami, ia juga yang mengurus Masjid di kampung ini.

Setiap pagi ia membantu orang tuanya ke pasar untuk berbelanja kebutuhan sehari-harinya dan kebutuhan warung milik ibunya yang terletak di depan rumahnya. Aktifitas cowok berusia 24 tahun ini banyak sekali, ia termasuk kategori orang yang tak bisa diam, selalu bekerja dan beraktifitas, siang hari ia berkumpul di organisasi rohis kampusnya dulu, meskipun ia telah menyelesaikan kuliahnya 2 bulan yang lalu, tapi Rahmad masih saja aktif dalam kegiatan Rohis kampusnya. Sore hari ia berada di Masjid untuk mengajar ngaji, Rahmad dipercaya menjadi Kepala Sekolah anak TPA Al-Quran di kampung kami.

Saya memang iri dengan rahmad karena ia sejak pertama kuliah tidak pernah meminta uang untuk membiayai kuliahnya bahkan untuk uang belanjapun ia tidak meminta ke ortunya, ia mendapat beasiswa dari walikota sebagai mahasiswa berprestasi bukan beasiswa mahasiswa tak mampu. Dengan uang itulah ia membayar uang kuliahnya, sedangkan untuk belanja sehari-harinya ia dapatkan dari bekerja membayarkan rekening listrik dan air warga di kampung ini, ada sekitar 50 rumah yang mendaftar ke Rahmad untuk di bayarkan rekening listrik dan airnya, dari setiap rumah Rahmad mendapat imbalan 2000 rupiah, jadi warga dikampung ini tidak perlu lagi antri membayar rekening listrik dan air karena sudah ada Rahmad yang membayarkannya.

Dengan uang 100 Ribu dan ditambah gaji mengajar ngaji anak-anak dikampung ini sebesar 25 Ribu perbulannya ia mencukupi kebutuhan sehari-harinya, bahkan sering saya melihat setiap ia mendapat uang hasil membayarkan rekening listrik dan air warga ia infaqkan ke Masjid setengahnya, Subhanallah sungguh terpuji Sifatmu teman.

Rahmad dulu sering tidur di kostku, hampir setiap malam ia tidur di kostku karena letaknya tidak jauh dari rumahnya hanya berjarak 50 M dari rumahnya, tapi kini semenjak aku pindah dan mengontrak rumah sederhana bersama istriku Rahmad tidak pernah lagi menginap, ia malu, katanya entar mengganggu pengantin baru saja.

Saya sedih melihat Rahmad karena susah sekali mendapatkan pekerjaan, semenjak ia lulus ia sudah banyak melamar di kantor dan perusahaan tapi belum ada yang menerimanya, saya mencoba membantu mencarikan pekerjaan di Bontang lewat Ayah saya tapi di daerah Bontang lapangan pekerjaan untuknya tidak ada, Bontang merupakan kota industri minyak bumu dan Pupuk sedangkan ia lulusan Sarjana Perikanan. Minggu lalu ia memasukkan lamaran di sebuah Perusahaan asing sebut saja namanya Total Bangun Persada, setelah menjalani tes dan interview ia menunggu jawaban, seminggu kemudian ada surat tiba, dengan hati-hati Rahmad membuka surat itu dan membaca isinya yang kurang lebih isinya “Maaf untuk sementara anda belum dapat kami terima untuk menduduki pekerjaan yang kami butuhkan” tampak rasa kecewa di wajahnya.

Ia menghela nafas panjang “Aku stressss…., mengapa susah sekali mencari pekerjaan, nggak kaya kamu enak bisa kerja di kantoran” ucapnya padaku.

Dimana ya pohon cabe yang tinggi, aku ingin gantung diri saja, hehehe ia tertawa untuk menghilangkan kesedihannya, aku turut tertawa mendengat leluconnya, mana ada orang gantung diri di pohon cabe yang lemah, yang ada orang gantung diri di pohon duren atau kelapa.

Mad, kamu sabar aja mungkin Allah belum memberi pekerjaan baru karena belum ada yang mampu menggantikan tugasmu di kampung ini, siapa yang mengajar anak-anak ngaji, waktumu akan tersita banyak. Rahmad tersenyum kecil, bekerja kan hanya sampai jam 4 atau setengah lima, setelah itu aku tetap bisa mengajar ngaji anak-anak.

Aku tak menyahut, begitu mulia dan kerasnya pendirian sobatku ini. Aku hanya bisa berdoa semoga ia diberikan pekerjaan yang terbaik oleh ALLAH, semua ini adalah Rahasia-Nya, pasti ada hikma dibalik semua ini. Aku masih terdiam dan berfikir “Banyaknya tabungan yang kupunya tidak sebanding dengan tabungan akhirat yang kau miliki” aku ingin seperti mu teman….

cerita shalat

Ada seorang manusia yang bertemu dengan setan di waktu subuh. Entah bagaimana awalnya, akhirnya mereka berdua sepakat mengikat tali persahabatan. Ketika waktu subuh berakhir dan orang itu tidak mengerjakan shalat, maka setan pun sambil tersenyum bergumam, "Orang ini memang boleh menjadi sahabatku..!"

Begitu juga ketika waktu Zuhur orang ini tidak mengerjakan shalat, setan tersenyum lebar sambil membatin, "Rupanya inilah bakal teman sejatiku di akhirat nanti..!"

Ketika waktu ashar hampir habis tetapi temannya itu dilihatnya masih juga asik dengan kegiatannya, setan mulai terdiam......

Kemudian ketika datang waktunya magrib,temannya itu ternyata tidak shalat juga, maka setan nampak mulai gelisah, senyumnya sudah berubah menjadi kecut. Dari wajahnya nampak bahwa ia seolah-olah sedang mengingat-ngingat sesuatu.

Dan akhirnya ketika dilihatnya sahabatnya itu tidak juga mengerjakan shalat Isya, maka setan itu sangat panik. Ia rupanya tidak bisa menahan diri lagi,dihampirinya sahabatnya yang manusia itu sambil berkata dengan penuh ketakutan, "Wahai sobat, aku terpaksa memutuskan persahabatan kita!"

Dengan keheranan manusia ini bertanya, "Kenapa engkau ingkar janji bukankah baru tadi pagi kita berjanji akan menjadi sahabat?".

"Aku takut!",jawab setan dengan suara gemetar.

"Nenek moyangku saja yang dulu hanya sekali membangkang pada perintah-Nya, yaitu ketika menolak disuruh "sujud" pada Adam, telah dilaknat-Nya; apalagi engkau yang hari ini saja kusaksikan telah lima kali membangkang untuk bersujud pada-Nya (Sujud pada Allah). Tidak terbayangkan olehku bagaimana besarnya murka Allah kepadamu !", kata setan sambil beredar pergi.

Kisah, "Kejujuran Sang Pembohong"

Sahabat Abu Hurairah pernah diamanati oleh Rasulullah Saw untuk menjaga barang-barang zakat fithrah yang berupa gandum. Suatu malam seorang maling datang mengambil gandum sebanyak-banyaknya. Abu Hurairah segera menangkapnya,” Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah.” Si pencuripun merajuk, mohon ampun. Ia mengaku sebagai orang miskin yang mencuri makanan,” Saya berjanji tak akan melakukannya lagi,” katanya.

Karna kasihan maka akhirnya Abu Hurairah melepaskannya. Esok hari, ketika ia menghadap Rasulullah Saw, beliau sudah tahu apa yang terjadi tadi malam,” Abu Hurairah, apa yang kamu lakukan terhadap orang yang kamu tangkap tadi malam ?” Beliau lalu menceritakan apa yang dialaminya.” Kamu di bohongi, wahai Abu Hurairah. Lihat saja nanti malam, dia akan mencuri lagi.

Benar saja, dari pengintainya Abu Hurairah melihat pencuri itu mengendap-endap dan mengambil gandum dari gudang,” Kali ini aku takkan melepaskanmu,” katanya pada diri sendiri. Lalu ditangkapnya orang itu,” Kamu akan saya laporkan kepada Rasulullah Saw.” Tapi sekali lagi pencuri itupun merayu dengan kata-kata yang menghiba dan lebih memelas lagi. Abu Hurairah tersentuh dan melepaskannya lagi. Esok harinya Nabi kembali bersabda,” Ia telah membohongimu wahai Abu Hurairah, nanti malam ia akan datang lagi.”

Pencuri itu benar-benar bandel. Seperti dikatakan Rasulullah Saw, dia mencuri lgi malam itu.” Tidak ada lagi ampun bagimu,” Kata Abu Hurairah pada dirinya sendiri. Namun ketika ditangkap, sang pencuri mengeluarkan jurus lain.” Abu Hurairah, maukah kamu saya ajari sesuatu yang jika kamu lakukan, Allah akan memberikan manfaat kepadamu,” katanya. Karena para Sahabat Rasulullah Saw senang pada perbuatan yang bagus dan kebajikan, Abu Hurairah balik bertanya, ” kalimat-kalimat apa itu ?”.

“Begini”, kata pencuri,” Bila kamu tidur bacalah ayat kursi sampai akhir. Nanti dengan kalimat itu Allah akan menjagamu dari gangguan-gangguan setan”. Setelah mendapat pelajaran ini, Abu Hurairah lalu melepaskan tangkapannya. Esoknya kembali lagi ke Rasulullah Saw. Beliau bertanya tentang tindakan Abu Hurairah kepada sang pencuri.” Dia mengajariku tentang suatu kalimat yang ternyata adalah ayat kursi. Pencuri itu bilang, bila saya membaca ayat ini, maka Allah akan menjagaku dari gangguan setan,” jawab Abu Hurairah. Rasulullah Saw berkata,” Hai Abu Hurairah, yang diucapkannya itu betul, meski pencuri itu pembohong.” Beliau lalu bertanya,” Taukah kamu siapa yang datang tadi malam dan malam-malam sebelum itu ? Abu hurairah menjawab,” Tidak tau ya Rasulullah.” Nabi bersabda,” Dia itu setan.”
( Shahih Bukhari, III/88 Hadits Nomer 2311 )

Ikhwah Gaul - KISAH MOTIVASI

Minggu, 03 Januari 2010

syahadatain



Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduknya sebagian besar muslim. Bahkan, negara kita ini termasuk negara muslim terbesar di dunia. Apabila seluruh penduduk muslim di Timur Tengah dikumpulkan menjadi satu, jumlahnya masih lebih banyak Indonesia. Namun dengan jumlah muslim yang besar ini, kebanyakan dari mereka belum memahami benar agama yang dianutnya sendiri. Kebanyakan masih kurang memahami apa itu Islam, bahkan tidak memahami dua kalimat syahadat, kalimat yang sangat penting dalam agama ini.

Sedikit banyak telah ada beberapa salah persepsi mengenai dua kalimat syahadat. Padahal bila kita salah dalam memahami dua kalimat syahadat ini, bisa dipastikan dalam melaksanakan ibadah selanjutnya akan ada kesalahan di sana sini. Apalagi mengucapkan dua kalimat syahadat adalah bagian dari rukun Islam yang pertama. Untuk itu marilah kita kaji kembali, mengapa dua kalimat syahadat ini begitu penting.

Syahadatain (dua kalimat syahadat) menjadi penting karena merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya, dan menjadi tiang untuk rukun iman dan dien. Syahadatain merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Oleh karena itu syahadah menjadi sangat penting. Lebih detailnya lagi, ada beberapa hal yang menyebabkannya menjadi penting, yaitu karena:

1. Syahadah adalah pintu masuk ke dalam Islam

2. Syahadah adalah intisari ajaran Islam

3. Syahadah adalah dasar-dasar perubahan menyeluruh

4. Syahadah adalah hakikat da'wah para rasul

5. Syahadah adalah keutamaan yang besar


1. Pintu masuk ke dalam Islam

Sahnya iman seseorang adalah dengan menyatakan syahadatain. Tanpa mengucapkan kalimat ini, maka amal yang dikerjakana bagaikan abu, atau fatamorgana yang terlihat tapi tidak ada. Dalam Al Qur'an Allah menyebutkannya bagaikan debu yang berterbangan, walaupun amal yang dilakukan adalah amal yang baik sekalipun, namun tidak didasari oleh syahadat.

"Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqan[25]: 23)

Allah menjadikan amal mereka bagaikan debu yang berterbangan karena mereka tidak beriman. Dengan demikian jelaslah bahwa syahadatain ini menjadi pembeda manusia, mana yang muslim dan mana yang kafir.

2. Intisari ajaran Islam

Syahadah juga merupakan intisari dari ajaran Islam. Artinya, pemahaman seorang muslim terhadap agamanya (Islam), tergantung kepada pemahaman dia tentang syahadatain itu sendiri. Paling tidak ada tiga prinsip dalam kalimat syahadatain ini:

1. Pernyataan Laa ilaaha ilallah merupakan penerimaan penghambaan atau ibadah kepada Allah SWT saja. Melaksanakan minhajillah (sistem/aturan Allah SWT) merupakan ibadah kepada-Nya.

2. Menyebut "Muhammad Rasulullah" merupakan dasar bahwa penerimaan cara penghambaan itu dari Muhammad SAW. Jadi, Rasulullah merupakan teladan dan ikutan dalam mengikuti minhajillah.

3. Penghambaan kepada Allah SWT meliputi segala aspek kehidupan. Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan dirinya sendiri, dan dengan masyarakatnya.


3. Dasar-dasar Perubahan Total

Syahadatain merupakan dasar yang dapat merubah seorang manusia dalam aspek keyakinannya, pemikirannya, maupun jalan hidupnya. Perubahan di sini meliputi berbagai aspek kehidupan manusia secara individu atau masyarakat. Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima kalimat syahadatain ini. Sehingga mereka yang tadinya bodoh (jahiliyah) menjadi pandai, yang kufur menjadi beriman, yang sesat mendapat hidayah, dsb. Artinya, syahadatain selain dapat merubah individu, juga mampu merubah sebuah masyarakat, misalnya yang tadinya saling bermusuhan dapat berubah menjadi masyarakat yang bersaudara di jalan Allah.

Contohnya adalah masyarakat Mekkah ketika zaman Rasulullah. Ketika sebelum diutusnya Rasulullah SAW, masyarakat Mekkah ketika itu adalah masyarakat yang jahil, banyak melakukan maksiat, suka mengkubur hidup-hidup anak perempuan mereka, menyembah berhala, dsb. Namun ketika Rasulullah diutus membawa risalah dengan syahadatainnya, maka masyarakat Mekkah dapat berubah menjadi masyarakat yang penuh hidayah, menjauhi maksiat, tidak menyembah berhala, dll.


4. Hakikat Da'wah Para Rasul

Syahadah juga merupakan hakikat da'wah para Rasul. Setiap Rasul semenjak nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW, membawa misi da'wah yang sama, yaitu Laa ilaaha ilallah (syahadah). Da'wah mereka senantiasa membawa dan mengarahkan umatnya kepada pengabdian kepada Allah SWT saja.


5. Keutamaan yang Besar

Yang terakhir yang menyebabkan syahadah itu penting adalah karena syahadah itu sendiri merupakan keutamaan yang besar. Banyak ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah SWT dan dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan syahadah ini sendiri dapat menghindarkan kita dari neraka. Dalam Hadits dikatakan,

"Allah SWT akan menghindarkan neraka bagi mereka yang menyebut kalimat syahadah."

Atau dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

"Dua perkara yang pasti, kata Rasulullah SAW. Maka seorang sahabat bertanya, "Apakah perkara itu ya Rasulullah?" Rasulullah SAW menjawab, "Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia tetap masuk surga." (HR. Ahmad).

Demikianlah kelima hal yang menyebabkan syahadatain ini menjadi sangat penting. Semoga setelah memahami hal ini, kita semakin termotivasi untuk lebih jauh memahami apa itu Syahadatain, apa itu Islam. Yang pada akhirnya, memudahkan kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Amin.